Entah kenapa untuk kesekian kalinya lidahmu menorehkan luka yang sulit aku hapus dari telinga, mata, dan hati.
Kamu selalu mengatakan bahwa hanya kamulah yang bersedia menjadi temanku, tetapi sikap dan tutur katamu sama sekali tidak mencerminkan bahwa aku adalah teman di dalam hidupmu.
Ini pertama kalinya aku merasakan kekecewaan pada orang di luar lingkaran kehidupan inti.
Jika memang aku hina di matamu, apakah dengan cara selalu merendahkan dan berusaha memancing orang untuk mengetahui kekuranganku adalah hal yang membanggakan untukmu?