Pages

Tuesday, April 6, 2021

Berteman seharusnya tidak membuat kita menjadi terbangsatkan.

Ya, sesuai dengan judulnya bahwa berteman seharusnya tidak membuat kita menjadi bangsat atau terbangsatkan. Hah.. apapula itu terbangsatkan?

Aku tidak dapat menemukan kata yang pas untuk mewakili kondisi ini, dimana ketika kita memiliki teman sewajarnya adalah kita merasa bahagia, bukan malah menjadikannya beban.

Di jaman sekarang ini tidak munafik banyak sekali orang yang berteman hanya untuk mendapatkan bahan gibah atau gosip. Makna pertemanan telah bergeser dari yang dahulunya sebagai tempat sharing, menjadi tempat 'who cares'.. (Memang tidak semuanya seperti ini, tetapi kita juga tidak bisa menutup mata bahwa yang tertulis pun ada sisi benarnya).

Apakah aku termasuk orang yang susah memiliki teman?Hingga menulis sekasar ini? Jelas. 

Dengan kondisi emosionalku yang luar binasa tidak stabil, tingkat baper yang mendarah daging, dan layer jenis teman telah sukses membuatku tidak memiliki banyak teman. Apakah aku sedih?  hmm..pertanyaan yang unik, karena dapat berbeda jawaban tergantung dengan dengan kondisinya.

Satu... Jika ditanya apakah sedih dalam konteks untuk teman bermain,bercanda, dan berkumpul ceria. Ya, sedih pastinya karena tidak terlalu banyak mengenal orang membuat kita jarang bersosialisasi dan berkumpul.

Namun untuk kondisi lain (nomer dua nih), dengan tingkat kesusahan mencari  teman yang 'klik' alias bisa dipercaya, aku tidak perlu terlalu pusing ketika memiliki masalah dalam hidup karena dengan tidak memiliki banyak teman dekat sangat mudah bagiku menjaga diri dari berbagi hal-hal yang bukan untuk konsumsi . publik
Cukup dengan sharing ke beberapa teman yang selama ini aku percaya, sudah lebih dari cukup.

Lalu apa arti 'berteman seharusnya tidak membuat kita jadi terbangsatkan?'

pernahkah kalian memiliki teman yang ngerawatnya (istilah jawa nelateni-nya) susah banget?
misal:
ngambekan, selalu minta jadi prioritas, salah ngomong dikit ngambek, engga respond chat sebentar ngambek, tidak mau mengakui salah, apa yang diucapkan hari kemarin berbeda dengan yang diucapkan hari ini, dia yang salah namun membuat suasana menjadi seolah-olah kita yang salah? Jika iya, fixed kalian memiliki teman yang membuat kalian menjadi terbangsatkan.

Lalu apakah aku pun memiliki teman dengan beberapa kondisi di atas? Alhamdulillahnya iya, ada. 

awal-awal berteman mungkin melelahkan, tapi setelah dijalani dan makin ke sini sumpah ya hilang rasa lelahnya yang ada adalah rasa tidak peduli.

-loh teman kog engga peduli?-
jika ada yang bertanya demikian, tinggal balikin kata-katanya 
-loh teman kog bangsat?-

kenapa kita mesti peduli dengan orang yang tidak menghargai kita? 
tiba-tiba marah engga jelas, ngambek engga jelas? Bukankah jika memang mengaku teman, mestinya mengedepankan komunikasi bukan asumsi dan emosi?

jadi untuk teman tetapi memiliki jenis seperti di atas, mereka hanya akan menjadi ----teman---- sebatas ----teman---- bukan orang yang mampu aku percaya dan perlu aku share tentang kehidupan pribadiku, jikalau mereka ternyata tahu sesuatu (anggaplah bonus karena sudah pasti aku jamin, mereka mengetahui pertama kali sesuatu itu pasti bukan dari mulutku sendiri).

No comments:

Post a Comment