Pages

Wednesday, February 24, 2021

Hidup Tidak Perlu Sebangsat Itu

Pernahkah kalian merasa tergelitik dalam hati saat berbicara dengan seseorang? Rasa tersebut biasanya muncul ketika kalian tahu bahwa dia sedang asyik bercerita panjang lebar tentang 'sesuatu' yang aslinya kalian tahu dia sedang 'berbohong'.

Yak!! Miris, menyedihkan, namun juga ada rasa geli dalam hati yang jika lama-lama dibiarkan seolah-olah bikin tangan ingin menepak pala orang tersebut sambil bilang 
'Halah..banyak omong'.

Seperti yang aku tuliskan di atas bahwa 'Hidup Tidak Harus Sebangsat Itu'

Masih ada orang yang aku temui menganut prinsip tersebut.
Ya! Menjadi bangsat hanya untuk bertahan hidup.

Apa saja contohnya?

Sangat sederhana. Seperti ketika seseorang merasa dirinya paling benar, padahal disekitarnya tahu bahwa dia salah. 

Ketika ada yang menegurnya, menjelaskan titik kesalahannya dimana. Bukan berterima kasih, tetapi malah bersikap arogan (menjadi marah, mencari pembelaan lain, atau yang terburuk adalah memaki, menghina, bahkan menjatuhkan orang yang sudah menyadarkan dia).

Hanya itu?
Tidak! Masih banyak sikap-sikap orang yang rela menjadi bangsat hanya untuk bertahan hidup.

Seperti ketika dia merasa bersih, suci, tanpa dosa, mengatasnamakan hal tersebut untuk berlaku semena-mena, menjatuhkan atau menghina orang lain.

Seperti apa contohnya?

Begini, ambillah contoh yang saat ini terjadi.

---Gaya hidup sex bebas.---

Tidak semua orang setuju tentang gaya hidup ini, namun tidak sedikit juga yang melakukannya. (Ranah sudah menjadi privacy ataupun pilihan hidup masing-masing orang).

Lalu jika itu sudah menjadi ranah pilihan masing-masing, kenapa masih saja ada seseorang yang merasa diri paling bersih, jujur dan suci (sudah jelas dia akan berkoar membenci sex bebas), merendahkan wanita lain yang menurut dia penganut sex bebas.

Jika memang suci, kenapa tidak kunci sekalian lidah dari bergunjing, menghina, dan merendahkan orang?

Jika memang paling bersih, hati kecilku mengatakan tidak ada orang di dunia ini yang bersih putih suci tanpa noda.
Jika memang paling jujur, kenapa selalu ada banyak versi cerita untuk satu kisah yang sama?

Balik lagi bahwa Hidup tidak perlu sebangsat itu.
Tidak perlu merasa paling bersih jika perilaku asli kita adalah sama.

Mungkin saat ini, jika segala aib masa muda, masa lalu, masa kini tidak terkuak adalah saatnya bersyukur kepada Tuhan karenaNya lah kisah kalian tertutup.

(ya. dan berterima kasihlah kepada sekitar termasuk kepada orang-orang yang aslinya tahu tentang kalian tetapi mereka memilih diam. Bersyukurlah kepada Tuhan bukan malah menggunakan topeng merasa paling suci dan bersih untuk menghujat orang).

Hidup tidak perlu sebangsat itu..

Jangan selalu berteriak paling suci, paling jujur, paling bersih jika kenyataannya nothing. Jadilah apa adanya dengan arti yang sebenarnya (bukan menjadi ada apanya). 

Belajarlah menghargai hidup oranglain, pendapat orang lain, kehadiran orang lain, dan belajarlah berdamai dengan kenyataan siapa diri kita ini (jangan selalu mencari topeng atau membuat karakter baru hanya untuk menutup karakter asli) karena hidup tidak sebangsat itu.




*tulisan dibuat karena sedang dalam kondisi emosi, jijai, geli, pengen nabok (menjadi satu)

No comments:

Post a Comment