Pages

Thursday, June 2, 2016

Pelacur Tua Itu Milik [Ku]

"Kapankah selimut kelam akan enyah dari rumahku??"
(ucapku sambil menengadah,seolah dengan seperti ini aku mampu melihat warna kelam itu)
Malam ini aku duduk diteras,berbaur dengan angin malam yang membawa kelembapan dikulitku.
Sedikit pasti aku mampu mendengar suara katak bersaut-sautan, seolah mereka tengah bercengkerama bahagia atas anugrah TUHAN melalui hujan barusan.

Aku tak merubah cara dudukku,membiarkan kepalaku menengadah,hinga membuatku mampu mengimajinasikan seberapa kelam warna payung yang menaungi rumah tua ini...


Dari dalam kudengar ibu angkatku masih berteriak dengan nada tinggi, tak kalah tingginya dengan suara om braam. (pria tambun yang telah di nikahinya 3 bulan yang lalu).
Bagi Nis aku hanyalah anak angkat yang tak berhak mencampuri segala keputusan hidupnya..

Pernah aku mencoba memulai satu pembicaraan dengannya untuk sekedar berbagi, bukan jawaban enak yang aku dengar namun suatu kalimat pedas yang membawa luka dalam hatiku.
Teringat jelas kala itu Nis berkata "kau siapa? Kau tak berhak mencampuri hidupku.! Tidak membiarkan tanganku membuangmu ke tempat sampah [lagi] pun sudah hal terindah untukmu.Jadi kamu diam saja"
ya,,itulah nis, ibu angkatku.

Dia tidak pernah mengijinkanku masuk dalam hidupnya, dia selalu membiarkan ku menghidupi diriku sendiri..
Tidak seperti rika yang bisa dengan ceria berbagi pengalaman harinya bersama Bu Ratna ibu tirinya..
Aku dan rika terlahir sama, menjadi anak yang terbuang, namun aku dan rika memiliki garis hidup yang berbeda... ya..sangat berbeda.. (aku menghela nafas untuk menghilangkan rasa nyeri yang tiba-tiba menusuk hati)

Aku masih mendengar jelas suara pertengkaran itu, saling menghujat,saling memaki dan tak jarang terdengar ada pecahan kaca..
"DASAR WANITA PELACUR!!, KALI INI AKU TAK SUDI MEMAAFKANMU" (suara yang jelas aku kenal adalah Om Bram). diikuti bantingan pintu yang begitu keras.

Aku masih diam dan tak beranjak dari tempat semula aku duduk. Kudapati om bram berdiri disampingku,membelai rambutku sambil berkata "Zha,tak sepantasnya kau disini, diberlakukan seolah-olah kau adalah budak rumah ini. Kau terlalu dini untuk memahami, ikutlah dengan ku,panggilah aku ayah.Aku akan menyekolahkanmu sama seperti rika"

Dengan berat aku memandang pria tambun didepanku seraya menggelengkan kepalaku dan tersenyum.. "Aku bukan anak yang tidak tau balas budi om, aku akan tetap disini. Aku tak akan pernah meninggalkannya,bagaimanapun juga,dia ibu ku"

"tapi zha.. dia.." [ucap om bram terpotong]
 
"zha tau om,Bagaimanapun Ibu lah yang memungut zha dari tong sampah. Hanya dengan merawat dia aku bisa membalas kebaikan Ibu Om" [ucapku tersenyum sambil berdiri meninggalkan om bram yang terdiam]

***

Aku menyeka air mata yang membasahi kedua pipiku, terkurung dalam kamar tidur yang lebih sepantasnya bukan disebut kamar tidur.
Masih jelas dalam ingatanku kala itu,bagaimana Nis tak menganggap ku ada.
Dulu aku selalu mengeluh pada TUHAN,mengapa aku dipungut oleh seorang pelacur,bukan yang lain.
Kenapa harus aku dan kenapa harus dia?? Dia yang sekarang Ibu angkatku, dia yang sekarang terkena penyakit menular, ibu angkat yang tak pernah mengajarkanku arti kehidupan...
Dari sosoknya lah aku mampu memahami dengan sendiri...Apa itu perjuangan dalam kenistaan...

No comments:

Post a Comment