Pages

Saturday, June 27, 2015

Benci dengan "SENIORITAS"



Siapa bilang ayam kalkun akan selamanya menjadi ayam kalkun? Terkadang kalkun pun mampu menjadi itik jika kalian salah dalam memberikan asupan gizi.  Terdengar berkhayal memang, namun yang ingin aku sampaikan adalah terkadang seseorang yang memiliki potensial terpendam bisa saja menjadi seseorang yang sangat biasa atau bahkan terpendam jika lingkungan dimana dia berada sama sekali tidak mendukung untuk berkembang dan menggali potensinya.

Jika kalian berkata Jakarta lebih kejam dari Ibu Tiri, kali ini bagiku anggapan itu adalah salah. Kejam adalah sebutan yang aku berikan untuk seseorang yang memang memiliki tabiat kurang bagus dalam bersikap.  Entah bersikap dalam keseharian ataupun dalam lingkup rekan kerja.


Pernahkah kalian dengar tentang senioritas? Sebutan yang terkadang menjadi malapetaka jika di sandang oleh orang yang salah. Alih-alih menjadi panutan, tak jarang mereka menggunakan sematan tersebut untuk menunjukkan eksistensi “keberadaan” mereka. Bahasa singkatnya adalah “penunggu”
Ya. Tak jarang orang yang “bangga” menggunakan sematan senioritas menyalah gunakan sebutan tersebut. Bukan untuk membagi ilmu, tetapi lebih ke Bullying. Melakukan siksaan baik secara fisik ataupun mental. Ya! Bullying tidak lah harus secara fisik, bullying dapat di lakukan meskipun hanya sekedar kalimat ataupun sapaan.

Apa jadinya jika seseorang yang memiliki potensi berada di bawah kekuasaan seorang Senioritas?. Semua dapat di lihat dari dua sisi yang berbeda.

  1. Ada kalanya seseorang akan menjadi tertantang dan berkembang ketika mereka dihina, direndahkan atau di permalukan di depan semua orang (aku melihatnya orang dengan karakter ini mampu merubah emosi negative menjadi penyemangat dia untuk berkembang).
  2. Namun tak jarang pula dengan perlakuan yang sama  ketika seorang yang potensial dihina,di rendahkan dan di permalukan di depan orang akan berubah menjadi kecil dan semakin mengecil bahkan kemudian membeku atau lebih buruknya adalah minder.

Apakah mereka para senioritas yang suka membully memperhatikan ini? Aku rasa tidak. Menurutku semakin mengecil keberanian si potensial akan semakin membanggakan untuk sang Senior (mungkin di benaknya dia ingin memperlihatkan bahwa “ya aku berkuasa disini!”).

Aku tidak mengharapkan hal-hal diatas muncul dalam lingkungan kerjaku, sangat tidak mengharapkan. Kenapa? Karena bagiku semua orang di dunia kerja adalah sama. Yang membedakan adalah status jabatan dan kekuasaan dalam hal kerjaan. Bagaimana untuk sisi kehidupan pribadi? Mereka 100% tidak memiliki hak atas kendali kehidupan pribadiku.  Oleh karena itu aku tak pernah sedikitpun membiarkan rekan kerja ku mengatakan “aku bodoh”.

Jika memang aku bodoh seperti yang dia bilang, sebutan apa yang pantas untuk dia sandang? Jika dia yang merasa “pintar” tidak mampu memahami orang “bodoh” sepertiku?.
Jika memang aku bodoh, rengkuhlah aku dan bimbinglah aku untuk menjadi  sedikit lebih pintar. Jangan engkau kecilkan hatiku dengan mengumpat, membentak dan memarahiku di depan umum.

Karena satu yang pasti Meng_edukasi  seseorang , Ya! Mengedukasi memang membutuhkan waktu, tenaga dan kesabaran yang ekstra (dan hanya orang yang berkompetenlah yang mampu melakukannya).

Beda dengan

Menjatuhkan mental seseorang memang sangat mudah.Ibarat cukup dengan satu tarikan nafas (exmp : JANGAN BEGO2 JADI ORANG) kalian mampu menghancurkan psikologis dan harga diri seseorang.   

Jika kalian beruntung, orang tersebut tidak akan sakit hati, namun jika kalian kurang beruntung selamanya nama kalian akan di kenang dalam benak orang tersebut.

 Semoga kita di jauhkan dari tutur kata yang dapat menyakiti atau pun merendahkan yang lain.
teruntuk kalian yang merasa di "Bully" lawanlah dengan prestasi dan kebenaran. In Shaa Allah mereka akan malu dan bungkam.

No comments:

Post a Comment