Siapa bilang ayam kalkun akan
selamanya menjadi ayam kalkun? Terkadang kalkun pun mampu menjadi itik jika
kalian salah dalam memberikan asupan gizi.
Terdengar berkhayal memang, namun yang ingin aku sampaikan adalah terkadang
seseorang yang memiliki potensial terpendam bisa saja menjadi seseorang yang
sangat biasa atau bahkan terpendam jika lingkungan dimana dia berada sama
sekali tidak mendukung untuk berkembang dan menggali potensinya.
Jika kalian berkata Jakarta lebih
kejam dari Ibu Tiri, kali ini bagiku anggapan itu adalah salah. Kejam adalah
sebutan yang aku berikan untuk seseorang yang memang memiliki tabiat kurang
bagus dalam bersikap. Entah bersikap
dalam keseharian ataupun dalam lingkup rekan kerja.
Pernahkah kalian dengar tentang
senioritas? Sebutan yang terkadang menjadi malapetaka jika di sandang oleh
orang yang salah. Alih-alih menjadi panutan, tak jarang mereka menggunakan
sematan tersebut untuk menunjukkan eksistensi “keberadaan” mereka. Bahasa
singkatnya adalah “penunggu”
Ya. Tak jarang orang yang “bangga”
menggunakan sematan senioritas menyalah gunakan sebutan tersebut. Bukan untuk
membagi ilmu, tetapi lebih ke Bullying. Melakukan siksaan baik secara fisik
ataupun mental. Ya! Bullying tidak lah harus secara fisik, bullying dapat di
lakukan meskipun hanya sekedar kalimat ataupun sapaan.
Apa jadinya jika seseorang yang
memiliki potensi berada di bawah kekuasaan seorang Senioritas?. Semua dapat di
lihat dari dua sisi yang berbeda.
- Ada kalanya seseorang akan menjadi tertantang dan berkembang ketika mereka dihina, direndahkan atau di permalukan di depan semua orang (aku melihatnya orang dengan karakter ini mampu merubah emosi negative menjadi penyemangat dia untuk berkembang).
- Namun tak jarang pula dengan perlakuan yang sama ketika seorang yang potensial dihina,di rendahkan dan di permalukan di depan orang akan berubah menjadi kecil dan semakin mengecil bahkan kemudian membeku atau lebih buruknya adalah minder.
Apakah mereka para senioritas yang suka membully memperhatikan ini? Aku rasa tidak. Menurutku semakin
mengecil keberanian si potensial akan semakin membanggakan untuk sang Senior
(mungkin di benaknya dia ingin memperlihatkan bahwa “ya aku berkuasa disini!”).
Aku tidak mengharapkan hal-hal
diatas muncul dalam lingkungan kerjaku, sangat tidak mengharapkan. Kenapa?
Karena bagiku semua orang di dunia kerja adalah sama. Yang membedakan adalah
status jabatan dan kekuasaan dalam hal kerjaan. Bagaimana untuk sisi kehidupan
pribadi? Mereka 100% tidak memiliki hak atas kendali kehidupan pribadiku. Oleh karena itu aku tak pernah sedikitpun
membiarkan rekan kerja ku mengatakan “aku bodoh”.
Jika memang aku bodoh seperti
yang dia bilang, sebutan apa yang pantas untuk dia sandang? Jika dia yang
merasa “pintar” tidak mampu memahami orang “bodoh” sepertiku?.
Jika memang aku bodoh, rengkuhlah
aku dan bimbinglah aku untuk menjadi
sedikit lebih pintar. Jangan engkau kecilkan hatiku dengan mengumpat,
membentak dan memarahiku di depan umum.
Karena satu yang pasti
Meng_edukasi seseorang , Ya! Mengedukasi
memang membutuhkan waktu, tenaga dan kesabaran yang ekstra (dan hanya orang
yang berkompetenlah yang mampu melakukannya).
Beda dengan
Menjatuhkan mental seseorang
memang sangat mudah.Ibarat cukup dengan satu tarikan nafas (exmp : JANGAN BEGO2
JADI ORANG) kalian mampu menghancurkan psikologis dan harga diri
seseorang.
Jika kalian beruntung, orang tersebut tidak akan sakit hati, namun jika kalian kurang beruntung selamanya nama kalian akan di kenang dalam benak orang tersebut.
Jika kalian beruntung, orang tersebut tidak akan sakit hati, namun jika kalian kurang beruntung selamanya nama kalian akan di kenang dalam benak orang tersebut.
teruntuk kalian yang merasa di "Bully" lawanlah dengan prestasi dan kebenaran. In Shaa Allah mereka akan malu dan bungkam.
No comments:
Post a Comment