Pages

Sunday, June 7, 2015

Jilbab dan Akhlak Memang Berbeda

Jenuh adalah ketika mendengar perempuan-perempuan muslim yang "mengaku" muslim tetapi masih memperdebatkan kewajiban berjilbab.. yang biasanya perdebatan mereka akan brakhir dengan kalimat-kalimat pembelaan diri

- "aku mah hati dulu yang dijilbapi"
- "Ngapain berjilbab kalau kelakukan masih minus? ntar malah malu-maluin diri sendiri"
- "ah umurku masih segini. ngapain sih berjilbap? kaya emak-emak..ntar ajalah klo uda nikah"

dari beberapa statemen diatas ingin kadang rasanya nyeletuk "ya kalo umur sampe nikah? kalau besok mati gimana?" (hmmm ...memang terlalu kasar dan frontral sih ).

Aku pun tidak 100% bersih ataupun suci, ya. biarpun sudah berjilbap ,masih banyak tindak tanduk ku yang kekirii... namun yang ada difikiran adalah jika aku yang sudah menutup jilbap masih di selimuti dosa, bagaimana dengan yang tidak? bukankah minimal dengan berjilbap kita mengikuti satu aturan agama yang memang "WAJIB" harus kita jalankan?

menutup aurat adalah kewajiban seorang wanita muslimah, bukan hal yang  bisa di tawar. kenapa kalian masih menawar? jika semua itu datang dari ALLAH SWT. jilbab dan akhlak adalah dau hal yang berbeda. jadi jangan berkedok ingin memperbaiki akhlak deengan melupakan kewajiban.

aku pernah melihat debat seorang nasrani dengan Ustad Ahmad Deedad, dimana orang nasrani tersebut menanyakan kenapa kaum muslim harus menutup aurat.
dan Ustad tersebut pun dengan bijak menjawab: bahwa perintah menutup aurat tidak hanya ada pada al-Quran , tetapi tercatat juga di dalam Al-Kitab
Korintus 11:5
Tetapi tiap-tiap perempuan yg berdoa atau bernubuat dengan kepala yg tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yg dicukur rambutnya.
Korintus 11:13
Pertimbangkanlah sendiri: Patutkah perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yg tidak bertudung?

satu pengetahuanku bertambah bahwa  ternyata tidak hanya muslim yang wajib menutup aurat. Lalu? kenapa dari kita mesti ragu?. Teringat satu temanku yang kebetulan beragama muslim kala itu belum menutup aurat, bertanya kepadaku. sebutlah dia W

W: "Nek.. apa benar kalau aku belum menikah, Ayah dan Ibuku masih memikul dosa-dosaku?"
kala itu aku menjawab dengan iseng "Yup"
W: "kalau aku belum berjilbap, apa mereka juga terkena beban dosa-dosaku"
Lagi-lagi aku menjawab sekenanya "Yup", dan kembali dia bertanya
W: "Berarti saat ini alm Ayahku lagi disiksa dong Nek?"
aku bertanya "kenapa memangnya?"
W: "Karna aku belum berjilbap"

sejenak kemudian aku baru menyadari kemana arah pembicaraan W , tanpa menunggu waktu lama aku langsung memberikan pandangan yang menurutku teduh untuk merengkuhnya
"Bener banget, tidak kah kamu ingat W, kalau wanita muslim yang telah dewasa tidak menutup auratnya sehelai demi sehelai rambutnya akan di bakar di neraka."
W: "kalau ayahku Nek?" (memandang dengan tatapan yang aku yakini dia takut, ragu dan penasaran)

Ku jawab dengan sedikit senyum (bermaksud menenangkan dia)
"kalau kamu sayang sama Ayah mu dan ingin dekat dengan ALLAH, mulai besok belajarlah menutup aurat. tidak perlu yang langsung besar tetapi coba dengan perlahan-lahan"

 dia terdiam dan terlihat berfikir keras.. pada moment ini aku tidak ingin mengganggu dia..biarkan hati yang menuntunnya .. sejenak kemudian dia memanggilku dan berkata

 W: "Nek.. In Shaa Allah mulai besok aku ingin menutup auratku, bukan karena ingin bergaya tetapi karena aku takut sama ALLAH dan aku ga mau ayahku disiksa"
aku langsung mengucap beribu-ribu syukur dalam hati.. dan ternyata memang benar bahwa keesokan hari W telah menutup aurat.

aku tidak pernah menyangka bahwa obrolan singkat dapat memberikan pengaruh besar terhadap keputusan seseorang dalam melangkah. Apa jadinya jika saat kemarin W bertanya, aku iseng menjawab "bahwa dosa anak ya di tanggung anak. bapak ibu mah ga ada hubungannya"
SubhanaAllah...untung kemarin ALLAH menjaga lisanku.

teringat kala itu aku iseng melirik ke Laptop W, terlihat dia sedang membaca sebuah blog tentang "Mengapa Saya Berjilbap?"  terdapat kutipan hadis dan kalimat disana bahwa :
“Selangkah anak perempuan keluar dari rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga ayahnya itu hampir ke neraka. Selangkah seorang isteri keluar rumah tanpa menutup aurat, maka selangkah juga suaminya itu hampir ke neraka.” HR Bukhari dan Muslim. .
Hadist inilah yang membuat dia berkomitmen pada diri sendiri untuk berjilbab. Dia tidak ingin ayah nya tercinta masuk neraka, sebaliknya dia ingin mengalirkan pahala sebanyak2nya untuk ayah dan juga ibunya.

aku bersyukur W telah memantabkan hatinya, tinggal sekarang adalah waktu ku memperbaiki segala akhlak ku.. ya..aku masih penuh dengan perbuatan dosa...
semoga ALLAH masih sabar dengan ku supaya aku memiliki waktu untuk berubah.

No comments:

Post a Comment