Pages

Sunday, February 10, 2019

Stupid Challenge

Stupid Challenge adalah ketika kalian merasa perlu melakukan sesuatu yang mungkin atau kadang 'menyiksa' hanya untuk membuktikan sesuatu.

Contoh:
STUPID CHALLENGE berkaitan dengan PERTAHANAN HATI
Ketika kalian datang ke suatu toko. Lalu menginginkan sebuah barang, saat itu kalian punya uang. Bukannya langsung membeli, namun dalam hati berkata

'Tahan, tahan, kalau dua hari lagi aku kesini dan jika barang ini masih ada. Berarti memang takdir mewajibkanku membelinya, kalau uda engga ada ya berarti engga jodoh'


Nah loh...ribet banget kan? Mau beli barang aja nunggu 'perjodohan'.
Yang namanya barang dipajang di etalase kalau engga terjual ke si A ya bakal kejual ke si B, atau kalau engga kejual juga ya bakal di sale sampe --TERJUAL-- jadi strategi marketing penjualan itu jelas ada, bukan tiba-tiba terjadi karena alasan jodoh dan takdir.
:(

Itu adalah contoh stupid challenge yang kadang orang lakuin buat diri mereka sendiri.
Don't you know men, kadang-kadang hal konyol engga perlu ribet dilakuin kalau dalam diri kita sudah mampu 'ngendaliin' kenyataan (apapun itu).

Begonya lagi, saat ini aku termasuk peserta stupid challenge. (ambil tisue,  lap mata)
Entah atas dasar apa aku menyetujui 'stop komunikasi' dengan orang yang hampiiiiiir tiap hari gangguin hidup. 

Kebayangkan begonya ini challenge? Kenapa bego? 

Ya jelas begolah, yang namanya rutinitas itu pasti selalu berulang,  hal-hal yang selalu berulang dalam hidup pasti secara alam bawah sadar akan teringat. Tidak hanya untuk benda mati tetapi juga benda hidup.

Coba aja ambil contoh:
Misalkan selama sebulan ketika setiap kali kalian membuka pagar rumah selalu liat kucing item nangkring depan pager, kemudian dalam sehari saja ketika kalian buka pager engga melihat itu kucing. 

Pasti dalam hati ada pertanyaan --'Kucing item kemana ya? Biasanya di sini'--
Perasaan seperti ini pun juga berlaku dalam interaksi umat manusia,  dimana ketika kita rutin komunikasi sama seseorang lalu kalian dipaksa untuk stop, selama kalian memiliki hati yang normal sudah jelas akan mengalami fase 'kehilangan' jadi seharusnya engga perlu kita lakuin challenge hanya untuk membuktikan  
'Apakah putus komunikasi dengan seseorang yang sudah rutin berkomunikasi akan berdampak kepada perasaan masing-masing'
Begonya adalah jawaban sudah jelas dari awal,  tapi tantangan masih dilakuin.  Yasudahlah ya,  toh ini hari terakhir.
Jadi saranku untuk kalian yang masih 'normal' otaknya, jangan pernah main dengan perasaan, pastikan main dengan logika supaya hidup kalian jelas arahnya bukan malah ribet dan belibet.

Ps:
end of the day for my stupid challenge.

No comments:

Post a Comment