Pages

Wednesday, March 4, 2015

Gelap


Mereka pernah meleburmu dalam panas dunia , pernah menghancurkan setiap tulangmu ,
merobek setiap lembar jiwamu dan melelehkan setiap gumpalan darahmu

kini mereka berusaha menyeretmu lagi kedalam lubang kegelapan tanpa memperdulikan isak tangismu yang memohon ampun atas setiap jengkal penyesalanmu

aku menggenggam  tanganmu lebih erat dari genggamanku kemarin
berharap kau mampu bertahan dalam pijakan kakimu agar tak terjerembab jatuh kedalamnya

"TUHAN BERSAMA KITA"
teriakku untuk menguatkanmu dalam bimbang jiwamu
meski teriakanku kali ini tetap tak mampu membukakan kelopak matamu
membangunkan separuh ragamu yang banyak orang katakan telah mati



namun aku yakin ...
kali ini, dibawah sadarmu disana engkau mendengarku.
dan kuharap dalam kebesaran TUHAN kau mau melawan ajal yang akan menarik jiwamu dalam kegelapan itu

aku menyesal dalam setiap detik pengharapanku atas kehidupanmu
Mengapa tak kupukul saja kepalamu agar kau tersadar bahwa caramu ini adalah SALAH
Mengapa tak kusayat saja nadimu untuk menunjukkan bahwa apa yang kau hadapi nantinya lebih menyakitkan daripada sayatanku ini
Mengapa tak kuajarkan pula pada anak-anakmu bahwa sebaiknya mereka memanjatkan doa dalam satu kalimat “berdoalah demi keselamatan bundamu sayang”

Andai aku ada dalam sakaratulmu . .
Kuingin menggantikanmu untuk ini semua
kuingin berganti posisi akan takdirmu
Ingin atas kuasaku tetap membiarkanmu berada didunia.. .
menemani anak-anakmu yang selalu menangis merajuk untuk mendapatkan sesuap nasi

Gelap tak memahamimu dan tak menerima alasanmu mengapa kau seperti ini?
Mereka membutakan mata dengan berkata hina pada kehadiranmu
dan Gelap pun tak mampu melihat ketiga anak-anakmu berjuang menahan lapar untuk sekedar mengharap kepanjangan hidup

”TUHAN ampuni dia. . .mungkin bagi banyak orang dia hanyalah sampah masyarakat.. tapi kuharap tidak bagiMU TUHAN…ENGKAU tau dengan jelas .. mengapa dan kenapa dia menjadi seperti ini..”
 aku terperanjat atas ucapanku, kali ini dalam kuasamu tanpa kusadari aku memanjatkan doa untuk sodaraku..aku memohonkan ampun untuknya dan aku menangisi takdirnya

Tangisku pecah tak kala aku merasakan tanganmu melemah dalam genggamanku
dan nafasmu mulai terasa anfal seketika
“bukalah matamu walau hanya sebentar.. beri waktu pada ketiga anakmu untuk melihat sinar kehidupan dalam jiwamu sejenak sayang” (mengiba aku dalam telingamu membuat aku tak kuasa meneriakkan namamu atas ketiga buah hatimu)

mereka terlalu dini untuk semuanya
terlalu dini untuk menghadapi kepergian dan kenyataan
doaku dalam setiap genggaman tanganmu ditanganku
mengiringi lantunan harapanku padamu
"tolong. . .jangan tinggalkan mereka kali ini sayank"

dan kau masih membisu….

No comments:

Post a Comment