Pages

Wednesday, December 1, 2010

every second is precious


-->
Terpaku ditepian yang memisahkan aku dan laut didepanku, dibawah naungan lampu malam aku kembali mengukir angan … kali ini aku rasakan angin dingin tak begitu kencang telah mampu menyapu setiap helai rambutku, berhasil membuat kasar disetiap helaiannya.. dalam kesendirian aku menulikan setiap cemoohan orang yang memandang miring atas hadirku disini
Mereka berlalu lalang tanpa meninggalkan tatapan mata yang ramah padaku, angin malam yang bijak mengantarkanku pada sekumpulan orang yang membicarakan dan membahas kehadiranku


“hei lihat .. gadis itu datang lagi” (ibu penjual nasi memulai pembicaraan dengan beberapa penjual lainnya)
“gadis aneh yang tempo hari berharap mampu membinasakan dirinya disini” (timpal ibu penjual minuman)
“iya , itu gadis yang tempo hari” (sahut seorang perempuan bertubuh tambun, seolah tak mau kalah dengan yang lain dia langsung ikut menceburkan dirinya dalam pembicaraan kosong mereka, terlihat dari cara dia berbicara, dia tipe orang yang pemalas.. tak berhenti mengunyah dan juga tak berhenti berbicara)


Aku menulikan telingaku tak berharap mendengar kelanjutan dari semua percakapan-percakapan itu, mereka hanya mampu menilai, membahas dan mengomentari tanpa ada satu pun yang berani mendatangiku sekedar menanyakan kenapa aku selalu terduduk sendiri disini, haaah mengharapkan mereka menanyaiku bisa diibaratkan bagai pungguk merindukan bulan, tak satupun dari mereka terlihat bahwa mereka orang-orang yang pengasih,...Ya...lebih dari satu abad aku selalu terduduk mesra disini dan aku yakini bahwa untuk menyebut namaku pun mereka tak tahu, sedangkan aku?? biarpun terdiam dalam kesendirianku ini aku tetap mampu menilai dan mendengar...
yuni nama dari wanita sang penjual nasi itu, berumur dua kali lipat dari usiaku kali ini, netty nama penjual minuman yang selalu berada tak jauh dari yuni dia hadir untuk menawarkan dagangannya bila ada orang yang tiba-tiba merasa haus atau lebih kejamnya tersedak setelah makan dari nasi yang dijual yuni, sedang perempuan bertubuh tambun dan tak pernah berhenti mengunyah itu bernama tenny.. aku mengibaratkannya seperti sapi, tiap waktu memamah biak, liat saja tubuhnya yang setiap hari semakin membesar seolah tiada jalan untuk angin keluar dari tubuhnya hingga tersumbat didalamnya, aku tak pernah mengerti pasti apa pekerjaan dari tenny sapi (sebutan khusus yang aku berikan padanya.. yang pasti sebutan ini adalah cara yang ampuh untuk membuatku tertawa ngakak atas segalanya..tak luput juga obat untuk diriku ketika aku mendengar cemoohan dari mulutnya yang tebal) dari kesehariannya, yang aku tahu adalah dia selalu mendekati pria-pria yang singgah di warung yuni dan netty, mendekati sekedar untuk menggodanya dan menemani langkah pria-pria hidung belang itu pergi kesuatu tempat setelah terjadi suatu kesepakatan… “suatu pekerjaan gila” umpatku..

Angin malam semakin kuat menerpaku, memaksa kedua tanganku untuk mengepal masuk kedalam celah jaketku, aku mengenakan baju yang melekat padaku tempo hari, baju terindah milikku, baju yang aku dapatkan dari hasil keringatku membersihkan lantai disetiap kamar hotel KENCANA, hotel bintang tiga disebelah timur pantai ini..dari tempatku duduk kali ini, lampu-lampu kamar hotel Kencana terlihat begitu kecil.
tengah malam tak membuatku mau beranjak dari tempatku terpaku.. ingin aku membaurkan diriku dengan air laut didepanku agar aku mampu terbawa menjauh dari sini seperti tempo hari, namun semua gagal.Aku selalu berharap mampu membaurkan raga dan jiwaku dengan air laut hingga mampu berada jauh didalam pusaranya.. mungkin disana aku mampu menemukan bundaku yang telah lama tak mendampingi langkahku, mungkin pula aku pun mampu bertemu vara, saudara kembarku yang dengan sangat ikhlasnya mengikuti bunda meninggalkanku.. haaah bila inginku ini telalu besar aku akan merendah dan berharap aku mampu bertemu puppy anjing perempuan yang sedari kecil menemani langkahku dan vara, puppy meninggalkanku atas ulah keji para pria-pria kaya yang memacu mobil kebanggan mereka tanpa memperdulikan apa yang ada dijalan.. menggilas tanpa dosa tubuh rapuh puppy.. tanpa hati nurani pula mereka pergi berlalu dan tertawa-tawa bebas, mungkin merasa telah lebih hebat berani memacu mobilnya dan menggilas seekor anak anjing tanpa dosa..

Kadang dalam kesendirianku aku menyesali lahir didunia sebagai gadis bernama verra, gadis yang terlahir dari seorang pemulung sampah, gadis yang tumbuh besar di kalangan para pemulung sampah pula. Ya, mereka (tak terlepas dari ibuku juga) menggantungkan hidupnya dari berapa banyak sampah-sampah yang tercecer, berapa banyak kaleng-kaleng bekas yang mampu terpungut dan berapa banyak tangan ini mampu meraih botol plastic bekas air mineral yang berserakan ditepian pantai ini lalu kemudian ditukarkan dengan uang pada pengepul diujung jalan sana.
Ketika musim libur datang, saat seperti itulah kehidupan kami seperti mendapat jutaan rejeki yang berlipat (semakin banyak sampah, semakin banyak pula pundit-pundi rupiah mampir pada tangan kumal kami), meski terkadang ada diantara kami yang harus rela berebut waktu sesama teman, berlomba-lomba siapa yang paling cepat dan paling banyak mendapatkan hasil tumpukan sampah..

Aku tertawa mengingat kejadian dimasa lalu, ketika bunda dan vara masih ada, aku dan vara menemani bunda mencari sampah untuk dapat ditukar dengan uang, kita dibekali bunda dengan satu buah kantong plastic besar kala itu, karena aku dan vara masih kecil kita tak mengerti mana barang yang bisa dijual dan mana yang tidak, dengan semangat membabi buta, kita mengambil segala sampah-sampah yang ada, tak luput daun-daun yang telah kering dan terjatuh pun menjadi sasaran kami, ketika kantong itu telah penuh isi dengan semangat 45 kami berlari kearah bunda, bunda menerima kantong bawaan kami dengan mata berbinar dan senyum yang begitu membahagiakan kami, kemudian bunda mengelus kepala kami sambil berkata “makasih sayang”
Aku masih mengenang dan selalu mengingat momen itu, senyum terindah dari bunda yang pernah ada, penyesalan atas sikapku yang pernah menyesali “mengapa aku menjadi anak pemulung sampah” lenyap seketika
Huuumph.. puas aku bermain-main dengan masa laluku, sekarang saatnya aku berdiri untuk pulang, Kujejakkan kakiku menelusuri jalan tepi pantai ini, mengikuti tepian pantai untuk sampai pada kamar kosku, aku tumbuh menjadi remaja mandiri sebagai cleaning service, kala itu aku bercita-cita ingin membahagiakan bunda dan vara atas hasil kerjaku, ingin membahagiakan bunda agar tak perlu lagi beliau tertatih-tatih membungkuk untuk sekedar mengambil selembar kertas. andai 3tahun yang lalu aku bisa mencegah bunda dan vara pergi ke pasar, dan menggantikan mereka untuk pergi membeli keranjang sampah baru mungkin saat ini aku masih bisa bersama mereka..masih bisa bercanda bersama, dan yang terpenting adalah aku bisa membeikan gajiku tiap bulan pada bunda tanpa perlu menangisi setiap kenangan yang datang.
Penyesalan-penyesalan ini mengingatkanku pada hari itu, dimana telingaku dipaksa mendengarkan kabar yang mereka kirim, aku masih menyimpan lembaran kenangan pasti yang aku dapatkan di keesokan harinya, tanganku membuka laci almari kecil dipojok kamar, mengambil potongan surat kabar itu dan membiarkan mataku lembab mengenang semuanya


BERITA KOTA 01-02-2007
Tabrak lari menewaskan dua pejalan kaki”,
Bandung (Warkot)
Dua orang pejalan kaki dinyatakan tewas seketika setelah tubuh mereka dihantam truk bernopol jawa timur, diduga sopir truk mengantuk sehingga laju kendaraan yang dikemudikannya tidak dapat dikendalikan ketika melintas jalan tikungan disekitar pantai. Dari sumber yang ada di sekitar tempat kecelakaan, pengemudi membanting setir ke kiri karena ingin menghindari laju sebuah sepeda motor dari arah berlawanan yang melebihi bahu jalan. karena dalam keadaan mengantuk sopir truk terkejut dan langsung membanting setirnya kekiri tanpa melihat keadaan sebelah kiri jalan. Na’asnya disaat bersamaan terdapat dua orang pejalan kaki yang dari sumber di tempat kejadian pula, mereka berdua adalah pemulung yang hendak pergi ke pasar. Dua korban tewas tersebut adalah warga asli daerah tersebut, dari hasil olah tempat kejadian, kedua korban tersebut adalah ibu (sri 36th) dan anak gadisnya (vara 19th)..

Aku terdiam dalam sesalku, pipiku selalu menghangat setiap aku membaca kata demi kata berita yang ada di lembar koran genggamanku ini… dalam doa aku memasrahkan diri pada TUHAN, semoga bunda dan vara tidur dalam damai diatas sana.amien. aku kembali melipat kembali potongan surat kabar yang selama ini aku simpan rapi.. biar hanya sekedar potongan, dengan menyimpannya aku selalu merasa telah mampu menghadirkan sosok bunda dan vara di kamar ini (biarpun semua hanya dalam anganku), aku masukkan kembali ke dalam laci dan membiarkannya tersimpan rapi disana. aku mulai memejamkan diri, dan berharap semoga esok akan lebih baik di banding sekarang dan aku yakin "TUHAN biarpun aku sendiri di dunia ini,dengan bunda dan varra yang telah ada sisamping ENGKAU aku yakin, aku yakin TUHAN..KAU tidak akan pernah meninggalkanku sendiri. lindungilah hariku dalam naunganmu.amin ya rabbalalamien"


bandung 2010

No comments:

Post a Comment