Singkat jelas padat.
Kalimat rasis yang terucap menandakan ketidaksukaan mereka sudah terpatri di hati dan fikiran.
Kata mereka, dia Cino Kere, Ndalanan, tidak didik orang tua.
Bagaimana bisa dengan mulusnya kalimat penghakiman tersebut muncul tanpa ada rem di sela-sela-nya.
Bagaimana bisa mereka dengan mudahnya menghakimi, padahal untuk mengenal sosoknya saja mereka enggan.
Bagaimana bisa mereka dengan entengnya berteriak lantang di teras rumah mengeluarkan kalimat penghinaan tersebut tanpa ada rasa malu atau bersalah telah berbuat rasis terhadap sesama manusia.
Hmmm... Singkat, jelas, dan padat. Sangat cukup membuat hati dan fikiranku menjadi kecewa, dan marah. Tidak lagi sedih ataupun ada rasa mencoba kembali mempersatukan mereka. Tidak.
Mereka berucap, dan mereka juga yang harus menerima konsekuensi dari ucapan tersebut.
Tidak apa-apa jika mereka beranggapan demikian (Chino Kere). Bagiku, pasanganku saat ini adalah segalanya.
Meskipun mereka mengatakan demikian, bagiku sebaliknya:
- Si lelaki kere ini tidak pernah meminta belas kasihan mereka untuk sekedar memberi makan anak dan istrinya.
- Di saat istrinya mengandung bayi hasil entod²an, lelaki kere ini tidak pernah sedikitpun memiliki niatan nge-aborsi buah hatinya sendiri
- Si lelaki kere ini tidak pernah sedikitpun 'makan meki' saudara sendiri
- Si lelaki kere ini tidak pernah sedikitpun gengsi melakukan segala jenis pekerjaan selama halal
- ...
Masih banyak hal-hal jauh dari kata kere yang bisa aku banggakan dari sosok lelaki ini. Tapi percuma, karena mereka sudah tidak suka.
Jadi, biarlah aku dan orang2 yang sayang ke lelaki kere ini saja yang tahu betapa hebatnya dia.
Malam ini, tidak untuk dilupakan.
Pasanganku telah dihinakan, dan direndahkan.
Adik kandungku telah diusir dan dimaki di depan mataku.
Semua hal-hal buruk tersebut dilakukan dan diucapkan oleh mereka yang kami sebut 'orangtua'
.
a day to remember.
No comments:
Post a Comment