- Jika ingin memiliki anak, kita pasti akan berusaha mewujudkan. Tinggal hasil akhir tergantung pada keputusan Tuhan
- Jika ingin tidak memiliki anak, kita sebagai manusia pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuatnya tidak memiliki anak. Entah dengan kontrasepsi, ataupun 'menghilangkan' nya.
Sayangnya semua hal itu berbanding terbalik dengan sang anak.
Anak tidak dapat memilih lahir di keluarga dan orang tua seperti apa.
Begitu juga dengan yang saat ini terjadi, hidup memang selucu ini.
Berada di cyrcle yang bisa dibilang sampah.
Bahkan beberapa hal yang dianggap tabu, menjadi hal biasa di mataku dan mata adik kesayanganku, aku berikan beberapa contoh:
1. Seorang perempuan yang menyandang gelar Ibu, bisa dengan mudah mengucapkan sumpah serapah kepada anak perempuan yang sedang mengandung cucu-nya.
Kata orang, doa ibu itu mustajab. Dan beliau memilih menggunakan jalur langit tersebut untuk melakukan sumpah serapah dan berdoa supaya anak kandungnya susah melahirkan cucu-nya.
2. Seorang anak kandung yang tega mengucapkan kata-kata kotor secara terang-terangan di hadapan semua orang dan saudara kandungnya dengan tujuan untuk memaki ibu kandungnya. ('Ibu-mu itu memang anjink').
Lucu-nya adalah si anak ini tetap disayang dan diberikan fasilitas untuk menunjang kehidupannya.
3. Seorang perempuan yang disebut ibu, tidak satu kali dua kali melakukan manipulatif condition jika menginginkan kasih sayang dan perhatian dari suaminya.
- Melakukan aduan fiktif tentang anaknya yang seolah-olah rebel, sampai memancing emosi suaminya yang berujung suami marah ke anak. Lalu dia akan datang sebagai sosok seorang istri yang menjadi penenang suami.
- Melakukan aduan fiktif dengan kemasan nada bicara lemah lembut terkesan tertindas oleh salah satu anaknya, ke anak yang lain. Dengan tujuan supaya sang anak saling tidak suka dengan yang lain.
- Melakukan aduan fiktif ke anak-anaknya tentang suami yang saat ini tidak berpenghasilan. Mengeluh seolah-olah saat ini dia sebagai istri adalah tulang punggung keluarga. Dengan tujuan supaya mendapatkan belas kasihan anak-anaknya dan dukungan bahwa suaminya memang tidak bisa apa-apa.
4. Seorang lelaki yang disebut suami, sekaligus ayah. Tidak melakukan perannya sebagai suami ataupun ayah dengan bijak.
- Ketika Istri dan anaknya berseteru, secara pahlawan dia memposisikan diri sebagai hakim namun lupa untuk melihat delik perkara. yang ada di mata dia adalah istri (korban) dan anak (tersangka)
- Sebagai seorang ayah, hilang figure melindungi, mengayomi dan menenangkan hati anak-anak perempuannya karena lebih mementingkan posisi "aku orang tua", "kalian harus sayang sama ibumu", "kalian adalah anak".
5. Seorang lelaki yang disebut suami, kehilangan marwah sebagai suami karena dengan ikhlas diinjak-injak istrinya secara verbal di hadapan anak-anaknya dan bahkan orang lain. Berlindung kepada kalimat "Nada bicara istriku memang keras dan galak, tetapi bukan berarti benci. Itu tanda sayang".
Sekejam itulah hasil manipulatif yang terjadi selama bertahun-tahun, sampai bisa dengan mudah merubah yang busuk menjadi wangi, bahkan tidak masuk ke logika orang pada umumnya.
6. Seorang perempuan yang mengaku sebagai kakak tertua, hilang figure sebagai kakak sejak lama. Bukan karena tidak sengaja, namun memang karena segala sikap, tingkah, dan tutur kata-nya sangat tidak mencerminkan diri sebagai kakak tertua.
Tidak mampu melihat apakah adik terkecilnya membutuhkan kehadiran dia, apakah adik kecilnya membutuhkan pendampingan dia.
Yang ada, secara terang-terangan dia memberikan contoh luar biasa bagaimana cara memanipulasi keadaan. Yah sebelas dua belas dengan sosok ibunya. Mungkin ini yang orang bilang bahwa buah jatuh sepohon-pohonnya.
7. Seorang perempuan single yang berada dalam kondisi kosong karena terlahir di keluarga yang super runyam.
- Memiliki dua kakak perempuan (tercatat secara negara) tetapi seperti hanya memiliki (satu) saja.
- Memiliki orang tua yang hampir setiap hari memperlihatkan contoh kasih sayang dengan cara memaki, membentak dan merendahkan pasangan.
- Memiliki langkah hidup yang belum final, namun sudah diberikan beban listing lanjutan yang super berat.
8. Seorang anak tengah yang berada dalam kondisi culture syock bahwa semua yang dibayangkan (dahulu) sangat (tidak sesuai) dengan keadaan.
- Menerima wejangan dari orang tua untuk selalu rukun dan akur dengan saudara, namun di depan mata melihat sendiri bagaimana orang tua mereka sangat tidak akur dengan adik kandungnya (Om)
- Menerima wejangan dari orang tua untuk selalu berbakti dengan Bapak dan Ibu selama masih hidup, namun di depan mata melihat sendiri bagaimana orang tua mengajarkan tentang bersikap acuh terhadap orangtuanya sendiri (sebutlah embah).
- Menerima wejangan dari orang tua tentang pentingnya adab dan menghargai sesama. Namun mereka terang-terangan memberikan contoh nyata tentang bagaimana mertua merendahkan menantunya.
Yang paling lucu adalah semua pelaku tidak merasa sebagai pelaku, dan mencari kambing hitam atas segala kejadian yang ada.
Namun aku harus bersyukur, dari sekian banyak kejadian yang menguras hati selalu ada dia yang menjadi my other half sebagai saksi hidup.
Berada di sampingku dan mendengar dengan telinga, melihat dengan mata sendiri tentang semuanya.
Sungguh menguras tenaga, jiwa, dan mental.
PS:
Teruntuk Arsa Puspaningtyas, you always be my other half. No matter what, no matter will. Wherever you are, you'll be in my heart and my pray.
Lets keep stick together even only on virtual. How about distance? We had been trought together, seperated million miles stick together and we are fine. So lets do it (again)