Pages

Saturday, September 27, 2025

Broken

how you know if your 'little one' has broken.. but he cant tell you.

what will you do? nothing.
cause, that is the only one and only you had been did all this time.

what will you say? blaming. like what you always usually did.

where your position when 'your little one' need you? no where. and you had been lost your integrity since than..

so, the crucial question is....

*ps: 
its only the matter of perception mind

Monday, September 1, 2025

N*Jes!

Pernah ketemu orang narsis? yap, dimanapun dan kapanpun ada kesempatan  biasanya orang narsis akan selalu mempromosikan dirinya.

Merasa lebih pintar, lebih Oke, lebih dewasa, dan lain sebagainya.

Berikut contoh nyata, orang narsis yang ada dihidupku.

Alih-alih memberikan ucapan ulang tahun dengan tulus, dia tetap tidak lupa menyelundupkan kalimat-kalimat menjijikkan supaya *tetap dihormati*.
*iyuwh 
*ya, sangat tidak pas moment-nya dan terlalu dipaksakan untuk diterima. 

pernyataanku akan tetap sama, darah yang mengalir dalam tubuh kita memang sama, secara legalitas negara memang ada hubungan darah. But its totally different if we talk about real sibling or wtf is it.
I dont know who she is, and i guaranted you that she doesnt know bout who am i




Lihatlah perbedaan kalimat yang begitu nyata, dengan makna tersirat ataupun tidak. Padahal inti adalah sama (ucapan ulang tahun)

Jelas aku merindukan dan sangat mencintai orang yang memberiku kehangatan hidup, tetapi juga terkadang memberikan api ataupun sumbangan bensin ketika hidupku tidak sedang baik² saja.

Alias, aku menyayangi dia (pengirim pesan di gambar bawa ini) yang hidupnya tidak hanya melihatku dari sisi negatif, tetapi juga dari sebaliknya.

Dia bisa mengatakan aku salah, dan benar di saat yang tepat. I Love Her 

Sunday, August 10, 2025

Lucunya Terlahir di Keluarga ini..

Banyak orang bilang bahwa kita bisa memilih ingin memiliki anak atau tidak.
- Jika ingin memiliki anak, kita pasti akan berusaha mewujudkan. Tinggal hasil akhir tergantung pada keputusan Tuhan
- Jika ingin tidak memiliki anak, kita sebagai manusia pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk membuatnya tidak memiliki anak. Entah dengan kontrasepsi, ataupun 'menghilangkan' nya.

Sayangnya semua hal itu berbanding terbalik dengan sang anak.
Anak tidak dapat memilih lahir di keluarga dan orang tua seperti apa.

Begitu juga dengan yang saat ini terjadi, hidup memang selucu ini.
Berada di cyrcle yang bisa dibilang sampah.

Bahkan beberapa hal yang dianggap tabu, menjadi hal biasa di mataku dan mata adik kesayanganku, aku berikan beberapa contoh:

1. Seorang perempuan yang menyandang gelar Ibu, bisa dengan mudah mengucapkan sumpah serapah kepada anak perempuan yang sedang mengandung cucu-nya.

Kata orang, doa ibu itu mustajab. Dan beliau memilih menggunakan jalur langit tersebut untuk melakukan sumpah serapah dan berdoa supaya anak kandungnya susah melahirkan cucu-nya. 

2. Seorang anak kandung yang tega mengucapkan kata-kata kotor secara terang-terangan di hadapan semua orang dan saudara kandungnya dengan tujuan untuk memaki ibu kandungnya. ('Ibu-mu itu memang anjink').
Lucu-nya adalah si anak ini tetap disayang dan diberikan fasilitas untuk menunjang kehidupannya.

3. Seorang perempuan yang disebut ibu, tidak satu kali dua kali melakukan manipulatif condition jika menginginkan kasih sayang dan perhatian dari suaminya.
- Melakukan aduan fiktif tentang anaknya yang seolah-olah rebel, sampai memancing emosi suaminya yang berujung suami marah ke anak. Lalu dia akan datang sebagai sosok seorang istri yang menjadi penenang suami.
- Melakukan aduan fiktif dengan kemasan nada bicara lemah lembut terkesan tertindas oleh salah satu anaknya, ke anak yang lain. Dengan tujuan supaya sang anak saling tidak suka dengan yang lain.
- Melakukan aduan fiktif ke anak-anaknya  tentang suami yang saat ini tidak berpenghasilan. Mengeluh seolah-olah saat ini dia sebagai istri adalah tulang punggung keluarga. Dengan tujuan supaya mendapatkan belas kasihan anak-anaknya dan dukungan bahwa suaminya memang tidak bisa apa-apa.

4. Seorang lelaki yang disebut suami, sekaligus ayah. Tidak melakukan perannya sebagai suami ataupun ayah dengan bijak.
- Ketika Istri dan anaknya berseteru, secara pahlawan dia memposisikan diri sebagai hakim namun lupa untuk melihat delik perkara. yang ada di mata dia adalah istri (korban) dan anak (tersangka)
- Sebagai seorang ayah, hilang figure melindungi, mengayomi dan menenangkan hati anak-anak perempuannya karena lebih mementingkan posisi "aku orang tua", "kalian harus sayang sama ibumu", "kalian adalah anak".

5. Seorang lelaki yang disebut suami, kehilangan marwah sebagai suami karena dengan ikhlas diinjak-injak istrinya secara verbal di hadapan anak-anaknya dan bahkan orang lain. Berlindung kepada kalimat "Nada bicara istriku memang keras dan galak, tetapi bukan berarti benci. Itu tanda sayang".
Sekejam itulah hasil manipulatif yang terjadi selama bertahun-tahun, sampai bisa dengan mudah merubah yang busuk menjadi wangi, bahkan tidak masuk ke logika orang pada umumnya.

6. Seorang perempuan yang mengaku sebagai kakak tertua, hilang figure sebagai kakak sejak lama. Bukan karena tidak sengaja, namun memang karena segala sikap, tingkah, dan tutur kata-nya sangat tidak mencerminkan diri sebagai kakak tertua.

Tidak mampu melihat apakah adik terkecilnya membutuhkan kehadiran dia, apakah adik kecilnya membutuhkan pendampingan dia.
Yang ada, secara terang-terangan dia memberikan contoh luar biasa bagaimana cara memanipulasi keadaan. Yah sebelas dua belas dengan sosok ibunya. Mungkin ini yang orang bilang bahwa buah jatuh sepohon-pohonnya.

7. Seorang perempuan single yang berada dalam kondisi kosong karena terlahir di keluarga yang super runyam.
- Memiliki dua kakak perempuan (tercatat secara negara) tetapi seperti hanya memiliki (satu) saja.
- Memiliki orang tua yang hampir setiap hari memperlihatkan contoh kasih sayang dengan cara memaki, membentak dan merendahkan pasangan.
- Memiliki langkah hidup yang belum final, namun sudah diberikan beban listing lanjutan yang super berat.

8. Seorang anak tengah yang berada dalam kondisi culture syock bahwa semua yang dibayangkan (dahulu) sangat (tidak sesuai) dengan keadaan.
- Menerima wejangan dari orang tua untuk selalu rukun dan akur dengan saudara, namun di depan mata melihat sendiri bagaimana orang tua mereka sangat tidak akur dengan adik kandungnya (Om)
- Menerima wejangan dari orang tua untuk selalu berbakti dengan Bapak dan Ibu selama masih hidup, namun di depan mata melihat sendiri bagaimana orang tua mengajarkan tentang bersikap acuh terhadap orangtuanya sendiri (sebutlah embah).
- Menerima wejangan dari orang tua tentang pentingnya adab dan menghargai sesama. Namun mereka terang-terangan memberikan contoh nyata tentang bagaimana mertua merendahkan menantunya. 

Yang paling lucu adalah semua pelaku tidak merasa sebagai pelaku, dan mencari kambing hitam atas segala kejadian yang ada.

Namun aku harus bersyukur, dari sekian banyak kejadian yang menguras hati selalu ada dia yang menjadi my other half sebagai saksi hidup.
Berada di sampingku dan mendengar dengan telinga, melihat dengan mata sendiri tentang semuanya. 
Sungguh menguras tenaga, jiwa, dan mental.


PS:
Teruntuk Arsa Puspaningtyas, you always be my other half. No matter what, no matter will. Wherever you are, you'll be in my heart and my pray.
Lets keep stick together even only on virtual. How about distance? We had been trought together, seperated million miles stick together and we are fine. So lets do it (again)

Friday, August 8, 2025

Kata Mereka Dia ...

07.08.2025

Singkat jelas padat. 
Kalimat rasis yang terucap menandakan ketidaksukaan mereka sudah terpatri di hati dan fikiran.

Kata mereka, dia Cino Kere, Ndalanan, tidak didik orang tua.

Bagaimana bisa dengan mulusnya kalimat penghakiman tersebut muncul tanpa ada rem di sela-sela-nya.

Bagaimana bisa mereka dengan mudahnya menghakimi, padahal untuk mengenal sosoknya saja mereka enggan.

Bagaimana bisa mereka dengan entengnya berteriak lantang di teras rumah mengeluarkan kalimat penghinaan tersebut tanpa ada rasa malu atau bersalah telah berbuat rasis terhadap sesama manusia.

Hmmm... Singkat, jelas, dan padat. Sangat cukup membuat hati dan fikiranku menjadi kecewa, dan marah. Tidak lagi sedih ataupun ada rasa mencoba kembali mempersatukan mereka. Tidak.

Mereka berucap, dan mereka juga yang harus menerima konsekuensi dari ucapan tersebut.

Tidak apa-apa jika mereka beranggapan demikian (Chino Kere). Bagiku, pasanganku saat ini adalah segalanya.

Meskipun mereka mengatakan demikian, bagiku sebaliknya:
- Si lelaki kere ini tidak pernah meminta belas kasihan mereka untuk sekedar memberi makan anak dan istrinya.
- Di saat istrinya mengandung bayi hasil entod²an, lelaki kere ini tidak pernah sedikitpun memiliki niatan nge-aborsi buah hatinya sendiri
- Si lelaki kere ini tidak pernah sedikitpun 'makan meki' saudara sendiri
- Si lelaki kere ini tidak pernah sedikitpun gengsi melakukan segala jenis pekerjaan selama halal
- ...


Masih banyak hal-hal jauh dari kata kere yang bisa aku banggakan dari sosok lelaki ini. Tapi percuma, karena mereka sudah tidak suka.

Jadi, biarlah aku dan orang2 yang sayang ke lelaki kere ini saja yang tahu betapa hebatnya dia.

Malam ini, tidak untuk dilupakan.
Pasanganku telah dihinakan, dan direndahkan.
Adik kandungku telah diusir dan dimaki di depan mataku.
Semua hal-hal buruk tersebut dilakukan dan diucapkan oleh mereka yang kami sebut 'orangtua'
.
a day to remember. 

Wednesday, March 19, 2025

Dunia Puti-Puti

Nah kan otakku ngehank, bisa-bisanya salaman mesra, pelukan hangat, cipika cipiki, haha hihi sok peduli

padahal ketika balik badan, itu mulut udah mulai langsung komat kamit, nyjnyir sono-sini. Apalagi klo pas dapet moment jelek-jelekjn, buset bisa sampe sundul langit. 

anjoii..sejahanam ini dunia puti-puti.
gokil sih, aku pun pernah terjerumus peran macem ni untungnya cepet sadar dan langsung sungkem minta maaf ke orang yang aku ledekin di belakang.

Diamuk gak? ya diamuk-amuklah, tapi wajar namanya juga rasa kecewa pasti ada. Berasa ga ada sebab tapi ada yang ledekin di belakang. Its Oke. At least aku menjadi pihak yang memang mengaku salah dan pernah nyonyo nyi nye juga.

Jiwa jahanamku jadi penasaran sih, dia berani gak ya ngakuin semua ucapan-ucapan buruk dia tentang emaknya langsung di hadapan emaknya. 

Misal engga, hmm.. sad sih, tapi ini beneran jadi fun fact dari kalimat bu Sr*ati di tahun lama tentang  ras jawa.

'orang jawa mah gitu, baik di depan, senyum-senyum di depannya tapi busuk tuh di belakangnya. Mendingan orang S*** dibilang kasar ya kasar, dibilang keras ya keras tapi head to head ga ada kita bahas di belakang. Kelar ya kelar'

*waktu itu mah aku pengen maki-maki, tapi kog ya denial dalem hati emang ada part yang bener cuman ya gimana yak..hurt and hard to be true gitu..hmmm

Friday, February 28, 2025

ANAK KESAYANGAN? HAH ANAK KESAYANGAN? MATAMU!

Iso-isone share ke orang-orang dengan bilang kalau aku ama adekku ki anak kesayangan emak bapak?

DALAM KONTEKS NEGATIF LOH YA, DIA NYINYIR SHARE KE ORANG-ORANG DENGAN NGE-LABEL-IN KAMI ANAK KESAYANGAN.

tanpa dia MIRROR yang asline kesayangan tuh siapa?
SING ISIH DIOPENI, DIPAKANI KAET BROJOL SAMPAI SAIKI PUNYA SUAMI DAN PUNYA ANAK TUH SIAPA WOE?!!

aku ama adekku mah emang anak kesayangan dalam KONTEKS POSITIF (the real anak yang ada di hati mereka). BUKAN ANAK sing isine gerogotin fikiran dan lain-lainne. (KESINDIR? KESINGGUNG? YA BAGUS!)

nduwe isin ga? ya engga-lah!
kalo punya malu dan ngaku sebagai tetua mah ngerti gimana berlaku bijak. Lah iki? HABEK SENDIRI CUY!

Aku ama adekku mah remah-remahan doang. 
TRUS DIA BANGGA SESUMBAR NGE-TAGLINE KAMI ADALAH ANAK KESAYANGAN DAN dia sebatas BUANGAN?

MATANE! 
BUANGAN KOG DILOLOHIN PANGGONAN KEPENAK, DIMODALI KIOS SAMPE SAK MEJO, DINGKLIK DLL TANPO BAYAR, DIKEI LAHAN CEKER TANPO ITUNGAN. dan masih jelek-jelek-in emaknya ke orang-orang cui!
TOLOL ANJENK.

TEGO PARAH AMA ORANG TUANE, UDA DIMULIAKE WONG TUANE ISIH NYACAT KANAN KIRI!

Aku mbi adekku wae ceker kudu sewo tempat loh len. Durung dibonusi makian preman karena dikira ambil lahan jualan wakamsi. Tiap minggu pindah tempat, angkat-angkat mejo!
matane i. 



-----sekian-----

hahingan 😑

Tuesday, January 7, 2025

Burung Bukan Sekedar Burung

Ya! Burung bukan sekedar burung dalam ceritaku kali ini adalah makna sesungguhnya. 

Karena berawal dari membahas soal burung inilah, seorang anak bersifat dakjal mampu mengucapkan kalimat yang sampai sekarang masih stuck di kuping, kepala, dan ingatanku.

----- 'MBOKMUi NYAT ASU' -----

Satu buah kalimat yang terasa masih nyaring di telingaku, padahal sudah berjalan 18 bulan yang lalu.

Bahkan susunan tempat ketika kejadian berlangsung masih sangat melekat di kepalaku, begitu juga dengan ekspresi ketika dia mengucapkan kalimat tersebut.

Alur cerita bermula dari adanya kegiatan arisan keluarga. Ya! Keluarga besar garis dari Ayah memiliki kegiatan rutin berupa Arisan, yang kebetulan saat itu lokasi berada di queen garden, Gentan.

Aku datang dengan partnerku lebih dulu, termasuk kategori datang awal. Kemudian disusul beberapa sanak family yang lain, lalu tidak lama kemudian kedua orang tuaku hadir. Mereka datang dengan mengendarai motor.
Sayangnya sibling hati ku (adik) tidak ikut hadir, dia sedang ada acara.

Rumah yang kami gunakan sebagai tempat arisan ini tidak bisa dibilang kecil, cukup lega untuk ukuran rumah saat ini. 

Namun karena saudara yang datang banyak, sehingga beberapa orang mendapat bagian duduk di teras dan di samping garasi.

Masih melekat dimemoriku, di bagian ruang tamu berisi ayahku, ibuku, Bulek W, Budhe U, Pakdhe W, pemilik rumah dan beberapa sesepuh yang dituakan.

Baru kemudian di teras ada aku, Bulik Ch*, Bulik M*l, Bulik S*i, si dia (B) dan beberapa keponakan yang sudah beranjak remaja.

Pembukaan, dan percakapan basa-basi dimulai. Hingga masuk pada satu moment tentang orang tuaku membahas kondisi lahan parkiran, dimana saat itu ayahku mulai membuka obrolan bahwa di parkiran ada burung peliharaan si B**m yang kalau dikasih makan ayahku selalu girang. Hal ini terlihat dari gerak gerik si burung yang langsung mengepak-kepakkan sayap dan ngoceh.

Kemudian ibuku nyeletuk
I (Ibuku) : "Manuk'e niku nak mboten Bapak'e lare-lare sing makani nggih mboten dipakani" translate ('Burungnya itu kalau bukan Ayah anak2 yang kasih makan juga engga dikasih makan')
A (Ayahku): "wah yen esuk kulo pakani mbak, langsung ngoceh ngoten niko" translate (wah kalau pagi saya kasih makan mba, langsung ngoceh) ujar ayahku kepada budhe U sebagai lawan bicaranya. Terlihat dari nada bicara, Ayahku sangat senang dengan burung ini.

Kemudian ibuku kembali berujar yang kali ini mention langsung ke B dengan isi kalimatnya kurang lebih adalah kalau memang berniat punya peliharaan, ya dirawat. Kasihan kalau tidak dikasih makan karena burung tersebut di dalam kandang tidak bisa cari makan sendiri.

Entah apa yang ada di kepala B mendengar kalimat ibuku tersebut, tetiba dia menjawab dengan nada penekanan.

B: "Ora dipakani piye hlo, wong mben ndino wae dipakani mas B*** (nama suaminya) kog." (ujarnya) yang kemudian dilanjutkan dengan kalimat dia memanggil suaminya.
"Hlo yaah, jare yangti (sebutan dia untuk ibuku) ayah ratau makani manuk e hlo.."
Translate:
"Engga dikasih makan gimana loh orabg tiap hari aja dikasih makan mas B*** kog"
 "Hlo yaah, kata yangti ayah enggak pernah kasih makan burungnya hlo"

Beberapa dari saudara yang mendengar percakapan tersebut hanya tersenyum tipis. Karena antara ibuku dengan B ini memang sudah terkenal tidak akur. Sehingga perdebatan-perdebatan kecil seperti siang itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka yang sudah paham kondisinya.

Dulu sebelum negara api menyerang, B adalah anak kesayangan ibuku. Hal ini terlihat dari segala apa yang diminta, selalu diusahakan oleh ibu dan ayahku terpenuhi.

Namun semua berubah sejak B memutuskan minggat dari rumah, setelah putus dari pacar Makassar-nya. Dan sejak saat itulah hubungan mereka renggang. Ibuku masih menyimpan luka dengan segala tingkah laku B. 

Kembali lagi ke percakapan burung tadi, Ibuku terlihat sedikit terpancing untuk berdebat ketika mendengar kalimat B yang mention suami-nya. 

Aku mendengar dari teras, ibuku menceritakan bahwa tidak mungkin burung ini sudah dikasih makan layak. Karena setiap ayah kasih makan, langsung terlihat cukup rakus macam burung kelaparan.

Tetiba tanpa ada angin, tanpa ada hujan. B yang awalnya mendengarkan ibuku berbicara, kemudian memalingkan wajah ke arahku dan berujar:
'MBOKMUi NYAT ASU'

spontan aku langsung berkata
"Heh jaga ucapanmu! gitu2 juga ibumu"

B tidak memberikan respond, entah dengar atau pura-pura budek. Yang jelas saat moment itu berlangsung aku melihat ekspresi bulek² yang kebetulan ada di teras tersebut tersenyum kecut (lebih ke miris) namun tidak ada satupun yang berani menegur dia.

Arah mataku reflek melihat sosok ibuku, syukurlah dia tidak mendengar apa yang B ucap barusan. 

Penyesalanku sampai hari ini adalah: kenapa tidak aku gampar saja dia saat itu juga. Persetan jika aku dibilang pembuat onar. 
Aku tidak peduli, dari pada sampai saat ini memori tersebut tidak hilang dari ingatan.
Yang aku ingat saat itu adalah, aku ingin segera pulang dan menghubungi siblingku (A*sa) sebatas untuk mengeluarkan luapan emosi karena kejadian barusan.

Apakah aku menyampaikan hal ini ke ibuku? Tidak.
Kenapa? Ya karena percuma, Ayahku akan selalu berada di pihak B dan meminta ibuku untuk tidak dimasukin ke hati.

Lalu B? ya dia akan selalu bertingkah macam dakjal karena merasa selalu dibela Ayah. 

B selalu berfikir bahwa ibuku (mungkin) tidak pernah tahu kalau selama ini dia selalu menceritakan keburukan ibuku ke orang-orang yang dia kenal.

Menceritakan ke orang-orang tentang bagaimana sosok ibuku. Sosok yang super jelek, jahat, dan seburuk-buruknya orang.

Entah dia sadari atau tidak, bahwa selama ini Ibu ku tahu perbuatan dia, segala ucapan buruk dia tentang ibuku ke orang-orang. 
Tetapi ibuku memilih diam dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Yah kalaupun gedumel, lebih ke Ayah dan ke kami sebagai pendengar.

Sedang B? sampai saat ini, dan entah sampai kapan. Masih tetap melakukan hal tersebut. 

Yang menyedihkan adalah meskipun B sudah berlaku jahat kepada Ibuku, tetapi Ayah dan Ibuku masih mengizinkan B mengais rezeki di lahan yang mereka miliki.

Jika aku menjadi B?
aku akan malu.

aku berlaku jahat ke orang, sedangkan orang tersebutlah yang memberiku makan.

aku berucap jahat tentang orang, padahal mayoritas properti aktif orang tersebutlah yang mampu menghidupi keluargaku.

aku berucap kotor tentang orang tersebut? dari vagina orang tersebutlah aku lahir.

Lalu? apa yang mampu aku banggakan? Aku tidak menemukan kebanggaan apapun selain mempermalukan diriku sendiri di hadapan Tuhan.
Merendahkan diriku sendiri di hadapan orang-orang yang sejatinya tahu alur cerita hidupku.

Sejak kejadian di teras Gentan inilah aku memutuskan untuk tidak terlibat perasaan ataupun kebutuhan lain secara lebih jauh dengan sosok B.

Jika suatu hari B membaca ketikanku ini, reaksi awal yang aku tebak adalah dia akan tersinggung, tidak terima, dan lebih buruknya adalah dia pura-lura lupa pernah mengucapkan hal tersebut.
Ya tidak apa-apa, itu hak dia. Sama seperti ini hak aku untuk menuliskan segala yang ada di sini. Jika dia marah dan tersinggung, berarti dia paham bahwa sosok B itu adalah dia padahal aku tidak menulis nama asli dia. hmm simalakama ye kan.


Harapanku adalah semoga setelah aku tulis ini, memori satu paket tentang kalimat yang telah B ucap untuk ibuku lenyap dari telinga dan kepalaku. Aamiin.


ps:
aku tidak pernah berkata bahwa ibuku adalah ibu yang sempurna, dan selalu baik. Namun bukan berarti ibuku adalah sejahat-jahatnya manusia. 
Semua tergantung dari siapa yang menilai dan dari perspektif mana mereka menilai.


11 Juni 2023
buat yang tanya, mana wujud B? kalian cari tahu sendiri aja yak yang mana. Hahaha.
Ini aku bisa senyum, ya karena memang lagi foto bareng. Biarpun di hati udah marah kaya apaan tahu.

ini gambaran letaknya, teras dan ruang tamu ya. Jadi B posisi tepat di depan pintu waktu itu.